Jumat, 27 September 2013
City Tour UPW 2013
Kamis, 26 September 2013
Sifat Rasululloh Sebagai Pendidik
Selain sebagai Nabi dan Rasul,
Muhammad Saw adalah seorang pendidik. Sebagai seorang pendidik terbukti
Rasulullah telah berhasil mengubah bangsa Arab yang bertabiat kasar menjadi
rahib di malam hari, dan para penunggang kuda yang tangguh di siang harinya. Mereka
satu sama lain saling mencintai, seperti kecintaan terhadap diri mereka
sendiri. Mengutamakan orang lain melebihi dirinya, meski mereka sangat
membutuhkannya. Sampai-sampai lawan dan kawan memberikan pengakuan atas
perilaku agung mereka. Begitu juga Allah Swt, Dzat Yang Menciptakan mereka,
telah menyematkan gelar “umat terbaik” yang dilahirkan untuk manusia; mereka
senantiasa menegakkan kemakrufan, mencegah kemunkaran dan beriman kepada Alla
Swt.
Kesuksesan Rasulullah dalam mendidik bangsa Arab, selain dengan strategi pendidikan yang jitu, tentu tidak lepas dari sifat-sifat teladan beliau sebagai seorang pendidik. Profesor Doktor Muhammad Rawwas Qal’ah Jie, dalam kitabnya, “Dirasah Tahliliyah li Syakhsiyyah ar-Rasul Muhammad”,menjelaskan setidaknya ada delapan sifat Rasulullah yang harus jadi teladan para pendidik agar sukses dalam mendidik masyarakat.
Pertama, Kasih Sayang
Sifat ini wajib dimiliki oleh setiap pendidik. Karenanya, orang yang hatinya keras, tidak layak menjadi pendidik. Sebab, kasih sayang ini merupakan perasaan sensitif yang secara otomatis bisa mendorong pendidik untuk tidak suka meringankan beban orang yang dididiknya.
Ketika membicarakan sifat-sifat Rasulullah saw, kita akan menyaksikan, bagaimana beliau memendekkan shalatnya ketika mendengar tangis anak kecil di belakang shaf (barisan), karena kasih sayang beliau kepada ibunya yang merasakan kepedihan tangis anaknya.
Kita juga bisa menyaksikan bagaimana beliau telah menerima penganiayaan orang-orang musyrik Makkah, dan di Thaif pun beliau mendapatkan hal yang sama, ketika beliau didatangi malaikat penunggu gunung agar diperintahkan untuk menghancur leburkan suku Tsaqif, yang telah menghina dan menganiaya beliau, maka perasaan kasih sayang yang memenuhi kalbu beliau, sang pendidik agung itu pun tergerak, kemudian beliau mengubah adzab dengan doa untuk mereka, “Semoga Allah melahirkan dari generasi mereka, orang yang menyembah-Nya.”
Anas bin Malik juga pernah berkata, “Saya tidak pernah melihat orang yang begitu menyayangi keluarganya, melebihi Rasulullah saw.”
Kedua, Sabar
Sabar adalah bekal setiap pendidik. Setiap pendidik yang tidak berbekal kesabaran, ibarat musafir yang melakukan perjalanan tanpa bekal. Bisa jadi dia akan celaka, atau kembali.
Jika kita menelusuri biografi sang pendidik agung, Nabi saw ini, kita akan melihat bahwa beliau merupakan lambang kesabaran yang patut dikibarkan, sabar terhadap penganiayaan kaumnya yang dilakukan terhadap tubuh beliau, juga penyiksaan mereka terhadap nyawa beliau, sampai urusan (yang beliau emban) itu nampak jelas di hadapan mereka, dan kecemerlangan tujuan beliau pun terlihat dengan jelas di depan mata mereka. Maka, kebencian mereka kepada beliau pun berubah menjadi cinta, dan penganiayaan mereka berubah menjadi kasih sayang.
Ketiga, Cerdas
Seorang pendidik harus pandai dan cerdas (fathanah), sehingga dia bisa menganalisis masalah obyek didiknya yang sangat rumit. Jika masalah tersebut baik, dia bisa menjadikannya sebagai cara terbaik bagi obyek didik tersebut untuk mengembangkannya. Dan jika masalah tersebut buruk, dia bisa memilih cara terbaik untuk menyelesaikannya. Dia juga bisa menganalisis apa yang relevan dan tidak dengan obyek didiknya. Dia juga bisa memahami emosi jiwanya dengan melihat raut mukanya. Juga bisa memahami perbedaan-perbedaan pribadi di antara mereka yang begitu rumit. Sebab, tugasnya adalah menyelami relung jiwanya melalui perbedaan-perbedaan tersebut, atau memanfaatkannya dengan maksimal untuk mengarahkan tiap individu pada hal-hal yang bisa diraihnya.
Kesuksesan Rasulullah dalam mendidik bangsa Arab, selain dengan strategi pendidikan yang jitu, tentu tidak lepas dari sifat-sifat teladan beliau sebagai seorang pendidik. Profesor Doktor Muhammad Rawwas Qal’ah Jie, dalam kitabnya, “Dirasah Tahliliyah li Syakhsiyyah ar-Rasul Muhammad”,menjelaskan setidaknya ada delapan sifat Rasulullah yang harus jadi teladan para pendidik agar sukses dalam mendidik masyarakat.
Pertama, Kasih Sayang
Sifat ini wajib dimiliki oleh setiap pendidik. Karenanya, orang yang hatinya keras, tidak layak menjadi pendidik. Sebab, kasih sayang ini merupakan perasaan sensitif yang secara otomatis bisa mendorong pendidik untuk tidak suka meringankan beban orang yang dididiknya.
Ketika membicarakan sifat-sifat Rasulullah saw, kita akan menyaksikan, bagaimana beliau memendekkan shalatnya ketika mendengar tangis anak kecil di belakang shaf (barisan), karena kasih sayang beliau kepada ibunya yang merasakan kepedihan tangis anaknya.
Kita juga bisa menyaksikan bagaimana beliau telah menerima penganiayaan orang-orang musyrik Makkah, dan di Thaif pun beliau mendapatkan hal yang sama, ketika beliau didatangi malaikat penunggu gunung agar diperintahkan untuk menghancur leburkan suku Tsaqif, yang telah menghina dan menganiaya beliau, maka perasaan kasih sayang yang memenuhi kalbu beliau, sang pendidik agung itu pun tergerak, kemudian beliau mengubah adzab dengan doa untuk mereka, “Semoga Allah melahirkan dari generasi mereka, orang yang menyembah-Nya.”
Anas bin Malik juga pernah berkata, “Saya tidak pernah melihat orang yang begitu menyayangi keluarganya, melebihi Rasulullah saw.”
Kedua, Sabar
Sabar adalah bekal setiap pendidik. Setiap pendidik yang tidak berbekal kesabaran, ibarat musafir yang melakukan perjalanan tanpa bekal. Bisa jadi dia akan celaka, atau kembali.
Jika kita menelusuri biografi sang pendidik agung, Nabi saw ini, kita akan melihat bahwa beliau merupakan lambang kesabaran yang patut dikibarkan, sabar terhadap penganiayaan kaumnya yang dilakukan terhadap tubuh beliau, juga penyiksaan mereka terhadap nyawa beliau, sampai urusan (yang beliau emban) itu nampak jelas di hadapan mereka, dan kecemerlangan tujuan beliau pun terlihat dengan jelas di depan mata mereka. Maka, kebencian mereka kepada beliau pun berubah menjadi cinta, dan penganiayaan mereka berubah menjadi kasih sayang.
Ketiga, Cerdas
Seorang pendidik harus pandai dan cerdas (fathanah), sehingga dia bisa menganalisis masalah obyek didiknya yang sangat rumit. Jika masalah tersebut baik, dia bisa menjadikannya sebagai cara terbaik bagi obyek didik tersebut untuk mengembangkannya. Dan jika masalah tersebut buruk, dia bisa memilih cara terbaik untuk menyelesaikannya. Dia juga bisa menganalisis apa yang relevan dan tidak dengan obyek didiknya. Dia juga bisa memahami emosi jiwanya dengan melihat raut mukanya. Juga bisa memahami perbedaan-perbedaan pribadi di antara mereka yang begitu rumit. Sebab, tugasnya adalah menyelami relung jiwanya melalui perbedaan-perbedaan tersebut, atau memanfaatkannya dengan maksimal untuk mengarahkan tiap individu pada hal-hal yang bisa diraihnya.
Rasulullah saw sebagai utusan
Allah swt telah dihujani oleh Allah dengan sifat kecerdasan sebagai fitrah asal
beliau. Seluruh analisis yang menganalisis kepribadian Rasulullah saw dan para
ulama ushuluddin telah sepakat bahwa Rasulullah saw secara pribadi, serta
Rasul-rasul yang lain mempunyai sifat cerdas.
Keempat, Tawadhu
Seorang pendidik harus bersikap tawadhu kepada obyek didiknya. Sebab, kesombongannya hanya akan menambah jarak antara dirinya dengan obyek didiknya. Dan, ketika jarak tersebut semakin renggang, maka pengaruhnya akan hilang.
Rasulullah saw – sebagai penghulu para pendidik – adalah orang yang paling tawadhu, hingga begitu tawadhunya sampai ketika beliau bertemu anak-anak, beliaulah yang terlebih dulu mengucapkan salam kepada mereka. Hingga ketika salah seorang budak perempuan Madinah meraih tangan Rasulullah saw, dia pun bisa menggapainya dengan sesuka hatinya. Bahkan, ketika beliau bertemu seorang lelaki, beliau pun menyalaminya, dan tidak melepaskan tangan beliau sampai lelaki itu melepaskan tangannya. Beliau juga tidak memalingkan mukanya sampai lelaki itu memalingkan mukanya.
Keempat, Tawadhu
Seorang pendidik harus bersikap tawadhu kepada obyek didiknya. Sebab, kesombongannya hanya akan menambah jarak antara dirinya dengan obyek didiknya. Dan, ketika jarak tersebut semakin renggang, maka pengaruhnya akan hilang.
Rasulullah saw – sebagai penghulu para pendidik – adalah orang yang paling tawadhu, hingga begitu tawadhunya sampai ketika beliau bertemu anak-anak, beliaulah yang terlebih dulu mengucapkan salam kepada mereka. Hingga ketika salah seorang budak perempuan Madinah meraih tangan Rasulullah saw, dia pun bisa menggapainya dengan sesuka hatinya. Bahkan, ketika beliau bertemu seorang lelaki, beliau pun menyalaminya, dan tidak melepaskan tangan beliau sampai lelaki itu melepaskan tangannya. Beliau juga tidak memalingkan mukanya sampai lelaki itu memalingkan mukanya.
Rabu, 11 September 2013
Porter Service Practice II
Receiving Guest Card and Room Key
After the
reception has registered the guest, he will give the bellboy a guest card and
room key, and say something like this:
Reception Bellboy…..
Please
escort Mr/Mrs…………….. to room ……………..
Here
the guest card and room key
Reception Mr and Mrs …………………. We hope
you enjoy staying in our hotel
Bellboy receives the guest card
and room key. When the bellboy given the key by reception, check the number
with the number on the guest card to avoid mistake. Don’t forget to write down
the guest’s name and room number on luggage tag, which has been hung on the
luggage.
Before going to the room, the bellboy will be given a
Bellboy errand card which has been time stamped by the Bell Captain
Bellboy Mr and Mrs……………. Are you
ready to go to your room now?
If you need any
information, please see our inquiry clerk
Guest Yes,
we are ready to go to our room now
Bellboy This
way please Mr and Mrs ………………..
Leading the Guest to the Room
While
escort the guest to his/her room, tell him/her which way to go
e.g. To
the right, please
To the left, please
This
way, please
Mind
your step, please
Bellboy Here
your room Mr and Mrs …………… the number is …………
Then the Bellboy knocking the
door with his fingers at least three times or pushes the bell’s button if the
room using the bell
Bellboy Bellboy, bellboy,
bellboy……..
If there is no answer from inside, the bellboy can open the door carefully
Turn on the
nearest light switch from the door
Letting the guest
enter to the room first
Bellboy After you Mr and Mrs …………….
The bellboy must leave the door
open all the time while he is in the room and place the luggage on the luggage
right or properly place
Selasa, 10 September 2013
40 Berita dari Nabi SAW
Barangsiapa yang mengutipkan 40 berita ini kepada umatku, maka ia akan masuk surga dan Allah akan mengumpulkannya bersama para nabi dan ulama pada hari kiamat! Kami (para sahabat) bertanya: "Wahai Rasulullah, 40 berita yang manakah itu?" Rasulullah saw menjelaskan:
dari : Abdul Hamid Mudjib Blog
- Hendaklah engkau beriman kepada Allah, hari kiamat, para malaikat, kitab-kitab, para nabi, kebangkitan sesudah mati, dan takdir baik dan buruk dari Allah Ta'ala.
- Engkau mengakui bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah.
- Engkau mendirikan salat dengan menyempurnakan wudlu pada waktunya, dengan menyempurnakan ruku' dan sujudnya.
- Engkau menunaikan zakat dengan haknya.
- Engkau berpuasa pada bulan Ramadlan.
- Engkau pergi haji ke Baitullah jika mampu.
- Engkau salat duabelas rakaat sehari semalam. Salat duabelas rakaat adalah sunnahku (menurut riwayat Imam an-Nasai, Ummu Habibah, maksudnya adalah salat rawatib, yaitu: 4 rakaat sebelum salat fardlu dhuhur; 2 rakaat sesudah salat fardlu dhuhur; 2 rakaat sebelum salat fardlu asar; 2 rakaat sesudah salat fardlu maghrib; dan 2 rakaat sebelum salat fardlu isyak). Janganlah engkau tinggalkan salat witir tiga rakaat.
- Jangan engkau sekutukan Allah dengan sesuatu.
- Jangan engkau durhakai kedua orang tuamu.
- Jangan engkau makan harta anak yatim.
- Jangan engkau makan harta riba.
- Jangan engkau minum arak.
- Jangan engkau bersumpah atas nama Allah dengan dusta.
- Jangan engkau menjadi saksi palsu terhadap seseorang, baik kerabat dekat maupun jauh.
- Jangan engkau berbuat karena menuruti hawa nafsu.
- Jangan engkau mengghibah saudaramu.
- Jangan engkau terjatuh dalam perbuatan ghibah dari belakang maupun dari muka saudaramu.
- Jangan engkau menuduh zina perempuan yang baik-baik.
- Jangan engkau mengatakan kepada saudaramu: "Hai orang yang riya", agar engkau tidak menghapus amalmu sendiri.
- Jangan engkau bermain dan berbuat sia-sia bersama orang-orang yang berbuat lalai.
- Jangan engkau katakan kepada orang yang pendek: "Hai si pendek", dengan maksud mencelanya.
- Jangan engkau olok-olok seseorang.
- Jangan engkau merasa aman dari siksa Allah Ta'ala.
- Jangan engkau adu domba di antara para saudara.
- Hendaklah engkau bersyukur pada Allah atas tiap nikmat yang telah diberikan kepadamu.
- Hendaklah engkau bersabar pada waktu tertimpa bala' dan cobaan.
- Jangan engkau berputus asa terhadap rahmat Allah.
- Hendaklah engkau mengetahui bahwa musibah yang menimpamu tidak mungkin dapat terlepas darimu dan bahwa sesuatu yang tidak menimpamu tidak mungkin dapat mengenai kamu.
- Jangan engkau cari kemurkaan Allah lantaran mencari kerelaan makhluk.
- Jangan engkau pentingkan dunia dari pada akhirat.
- Jika saudaramu meminta sesuatu yang ada padamu, janganlah engkau bakhil kepadanya.
- Bandingkanlah urusan agamamu dengan orang yang di atasmu, dan dalam urusan duniamu dengan orang yang di bawahmu.
- Jangan engkau berdusta.
- Jangan engkau bergaul dengan penguasa.
- Tinggalkan perkara yang batal dan jangan engkau mengambilnya.
- Jika engkau mendengar kebenaran, jangan engkau sembunyikan.
- Didiklah keluarga dan anak-anakmu dengan segala sesuatu bermanfaat bagi mereka di sisi Allah dan dapat mendekatkan didi kepada Allah, berbuat baiklah kepada tetangga dan jangan putuskan hubungan kerabat dan famili, tapi sambungkan hubungan dengan mereka.
- Jangan engkau laknat makhluk Allah Ta'ala.
- Perbanyaklah membaca: tasbih, tahlil, tahmid, takbir, dan jangan engkau tinggalkan membaca al-Quran pada setiap keadaan, kecuali jika kamu sedang junub; jangan engkau tinggalkan salat Jumat, salat berjamaah, dan salat hari raya.
- Perhatikanlah segala yang tidak engkau relakan untuk diucapkan dan dilakukan kepadamu, maka jangan engkau relakan untuk dilakukan kepada seseorang dan jangan engkau lakukan.
dari : Abdul Hamid Mudjib Blog
Rabu, 04 September 2013
Up Date Hotel Tourism 2013
Langganan:
Postingan (Atom)