Istigfar
merupakan permohonan ampunan dari manusia selaku hamba yang memiliki sifat
ketergantungan kepada Allah, Zat yang telah menciptakan diri-Nya dan yang
berkuasa menentukan bagaimana nasib dirinya sebagai makhluk Allah.
Permohonan
ampunan ini semata-mata ditujukan kepada Allah, tidak kepada yang lainnya.
Permohonan ampunan itu juga bersifat langsung kepada Allah tanpa melalui
perantara, sehingga merupakan permohonan ampunan yang amat murni dari lubuh
hatinya.
Allah SWT
berfirman: ''Mereka takut kepada Tuhannya yang berkuasa atas (nasib baik
buruknya) mereka dan melaksanakan yang diperintahkan (kepada mereka)''. (QS
a-An-nahl [16]: 50). Realisasi istigfar diungkapkan dalam bentuk
kalimat-kalimat istigfar seperti berikut ini Gufraanaka Rabbanaa wa ilaikal
masiir (Ampunilah kami, ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah kami kembali) (QS
Albaqarah [2]: 285).
Istigfar
biasanya mempunyai kaitan dengan tobat atau pertobatan. Hal ini bisa disimak
dari firman Allah, ''Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan
memohon ampunan kepada-Nya'' (QS Al-Maidah [5]: 74).
Lalu
apakah dengan demikian istigfar sama dengan bertobat? Dalam hal ini tobat
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. Dalam bertobat, seseorang terikat untuk
melaksanakan syarat-syarat pertobatan, bila ia melanggarnya maka tobatnya
dengan sendirinya menjadi tertolak. Syarat-syarat itu antara lain: menyesali
dosa-dosanya, tidak akan mengulangi kesalahan yang sama pada masa mendatang,
memperbanyak melakukan kebaikan, amal ibadah ataupun ketaatan, menjauhi
perbuatan buruk dan beberapa yang lain lagi.
Salah
satu dari sekian tuntutan bagi orang yang bertobat ialah mengucapkan istigfar.
Artinya, istigfar merupakan bagian dari tobat atau pertobatan. Meski demikian,
istigfar memiliki nilai yang tinggi diantara amalan-amalan ibadah, khususnya
dalam kelompok ibadah dan zikir. Rasulullah SAW bersabda, ''Yang terbaik
diantara kamu ialah orang yang sering tergoda, tetapi sering bertobat (sering
kembali kepada Allah) dengan perasaan menyesal atas dosa yang diperbuatnya
dengan jalan memperbanyak istigfar. '' Di sini jelas hubungannya tobat dengan
istigfar merupakan cara untuk menuju pertobatan.
Dengan
membiasakan istigfar, maka bukan hanya dosa-dosa masa lalu dan masa kini,
tetapi dosa-dosa masa mendatang pun telah mendapat jaminan diampuni Allah
bahkan beristigfar dapat mendatangkan kesempurnaan nikmat (karunia) Allah.
Firman-Nya, ''Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang lalu
dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu.'' (QS Al-Fath
[48]: 2).
Manfaat
istigfar dalam kehidupan sehari-hari pertama, memperoleh kenikmatan hidup
secara terus-menerus. Allah SWT berfirman, ''Dan hendaklah kamu beristigfar
(meminta ampun) kepada Tuhanmu dan bertobatlah kepada-Nya. (Jika kamu
mengerjakan yang demikian) niscaya Dia (Allah) akan memberi kenikmatan yang
baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan, dan
Dia (Allah) akan memberikan kepada tia-tiap orang yang mempunyai keutamaan
(ketaatan/amal kebaikan) (QS Hud [11]: 3).
Kedua,
dibebaskan dari perasaan tertekan atau kedukaan. Ketiga, Membukakan jalan
keluar atas kesulitan. Rasulullah SAW bersabda, ''Dan Dia (Allah) akan
memberikan (membukakan) jalan keluar bagi kesempitannya (kesulitannya).''
Keempat, memudahkan datangnya rezeki. Nabi SAW bersabda, ''Barangsiapa yang
merasa diperlambat (tersendat-sendat) rezekinya, hendaknya dia beristigfar
kepada Allah.'' (HR Baihaqi dan ar-Rabi'i).
Selain
itu, manfaat lain dari mendawamkan istigfar antara lain, mendatangkan
keselamatan, menimbulkan ketenteraman hati, mendatangkan ampunan dosa,
menumbuhkan sifat-sifat keutamaan kepada seseorang, dan dicintai Allah.
REPUBLIKA.CO.ID,